Kamis, 13 Agustus 2009

Menimbang Amal Sebelum Berpuasa

Ada persiapan yang baru nih, dalam menghadapi datangnya bulan suci Romadhon yang tinggal kurang lebih seminggu lagi. Dan kayaknya nie penting banget untuk kita lakukan.

Hal itu adalah Menimbang amal sebelum berpuasa. Maksudnya adalah perlu adanya kesadaran spiritual untuk mengintrospeksi diri sebagai upaya untuk mengetahui, seberapa banyak amal baik dan amal buruk (dosa) kita? Tentu, secara sistematis, kita tidak akan pernah dapat membandingkan seberp besar atau seberapa kecil amal yang pernah kita lakukan. Namun, proses spiritual ini berfungsi untuk mengukur secara kualitatif seberapa besar dan kecil tingkat ketaatan dan kemungkaran yang pernah kita lakukan. Karena tingkat ketaatan dan kemungkaran hanya dapat diketahui oleh Alloh dan kita sendiri.

Kenapa kita memerlukan? Karena bulan Ramadhan yang mewajibkan kita berpuasa itu datang rutin setiap tahunnya. Tidak pernah dalam setahun Ramadhan absen menghampiri kita. Nah, jika kita tidak mau dan mampu menimbang amal-amal versi diri kita sendiri dengan jujur, maka kita tidak akan pernah dapat membandingkan tingkat ketaatan dan kemungkaran yang pernah kita lakukan. Meminjam pendekatan statistik, kita harus mampu membuat indeks ketaatan (ketakwaan diri kita) setiap tahunnya.

Kita tentu ingat, salah satu hadis Nabi yang sering disebut dalam menghadapi setiap Tahun Baru adalah: barang siapa hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka dia termasuk orang yang beruntung, yang masih sama, termasuk rugi, tapi bagi yang lebih buruk termasuk orang binasa. Hadis Nabi tersebut juga sangat relevan untuk kita gunakan pada setiap datangnya bulan Ramadhan.

Terdapat beberapa kegunaan menimbang amal kita sebelum memasuki bulan Romadhon, yaitu :

1. Menjadi acuan evaluasi peningkatan amal baik kita, sejauh mana tingkat ketaatan kita selama kita melewati bulan Roamadhon. Apakah amal kita semakin menurun atau meningkat. Jika kita tidak memiliki “grafik” amal dalam peta spiritual kita, makan kita akan menjalani hidup ini dengan ketidakpasitan langkah untuk menjadi lebih baik. Meski kadar iman tidak konstan, naik-turun, namun jika mengetahui peta amal kita, maka kita menjadi lebih mudah untuk memperbaiknya.

2. Menjadi “buku pintar” dalam menjalani kehidupan kita selanjutnya. Hasil daari “rekapitulasi” amal kita melalui introspeksi spiritual yang jamua dimiliki iri kita seniri dapat dijadikan rujukan atas berbagai pengalaman hidup untuk terus berbuat kebaikan dan meninggalkan keburukan (kemaksiatan). “buku pintar” ini sewaktu-waktu dapat dibuka untuk kemudian dijadikan pelajaran hidup yang bermakna dalam rangka memperbaiki kualitas hidup kita.

3. Dapat dijadikan sebagai modal untuk membangun kepercayaan diri di hadapan Alloh jika suatu saat kira menghadapi kematian. Banyak orang tidak memiliki kepercayaan diri (psimistis) ketika harus menghadapi kematian karena tidak mengerti akan amal baiknya seberapa besar. Namun, jika seseorang telah memilki peta kekuatan amal, jika baik akan ditingkatkan, jika nuruk akan ditinggalkan, maka dia tidak akan takut menghadpi kematian. Apalagi kita tidak dapat menghindar akan kematian.

Oleh karena itu, sebelum datangnya bulan Ramadhan ini, marilah kita merekap atau menghitung amal-amal kita untuk kita jadikan referensi amal di masa mendatang demi kebaikan hidup yang lebih bermakna. Wallahu a’lam bish-shawab

Diringkas dari tulisan Thobib Al-Asyhar, penulis buku, redaktur www.bimasislam.depag.go.id.
sumber : www.bimasislam.depag.go.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar