Minggu, 05 April 2009

BAITTI JANNATI


Bahwa sesungguhnya rumah tempat berdiam kita adalah syurga kita. Bagaimana memfungsikan rmh kita sbg syurga. Karena rumah itu harusnya sebaik-sebaik tempat kita kembali mestinya. Mungkin jika kita mudik lebaran, kita bisa membandingkan (bukan dalam rangkan mencari kejelekan), nyaman mana ketika berada di rumah masa kecil saya dengan di rumah bersama pasangan? Misalnya sama-sama nyaman, tapi plong mana…? Misalnya, kok saya masih plong berada di rumah masa kecil saya dulu, ketika bersama orang tua, ketika dikumpulkan bersama adik kakak, tapi ketika saya kembali ke rumah sekarang, ke rumah bersama pasangan kok saya tidak merasakan kenyamanan yang sama. Jika demikian berarti ada yang salah, padahal kalau dalam hadist Rosulullah itu ”Baitii Jannati” (RUmahku Syurgaku), di sini, di rumah kita mencari syurga, artinya kita bebas untuk melakukan aktivitas apapun, kita bebas mengekspresikan diri, misalnya mau membuka aurat, mau tilawah, mau mendidik anak dengan cara Islamipun tanpa ada intervensi siapapun.

Karena itu rumah kita, itu syurga kita, hanya saja sayangnya kadang kita tidak bisa memfungsikan itu secara maksimal. Sehingga orang lebih sering mencari syurga di lain tempat, di luar rumah, misalnya di kantor, di sekolahan, atau di tempat lainnya. Jadi syurga itu kita cari di tempat-tempat yang mestinya kita jadikan tempat itu sebagai syurga, dimana kita bisa mewujudkan nilai-nilai Islami mulai dari dalam rumah. Hal ini juga bukan dalam rangka mensekiankan pekerjaan di kantor, atau mensekiankan rumah orang tua, Tidak! Semuanya sama-sama penting. Masing-masing bilik itu fungsinya maksimal, tapi jauh lebih penting kenapa sih Rosulullah sampai mengatakan Baitti Jannati, ada apa sesungguhnya di rumah eksklusif yang itu memang benar-benar milik kita. Tempat dimana kita bisa aplikasi. Bagaimana sih Rosulullah menginginkan kita itu benar-benar eksis sebagai hamba, dan sebagai anggota masyarakat, sebagai anggota keluarga, semuanya itu dilakukan dengan benar-benar nyaman. Sehingga jika refleksi Baiti Jannati itu belum kita dapatkan, saatnya kita mengevaluasi, yang mana yang salah, secara psikis, fisik, secara mental imani atau yang mana? Kok rumah ku belum bisa jadi Baiti Jannati??
Sepertri apa dan bagamana supaya kita bisa mempunyai rumah Baiti Jannati?
Pertama, yaitu kembali kepada masalah visi misi, masalah keimanan dan pemahaman.
Tujuannya untuk apa kita berumah tangga. Kalau misalnya sudah sehati, ibaratnya tuh pulau itu yang kita tuju, maka caranya seperti apa kita sampai kesana sehingga fungsi rumah itu benar-benar kita rasakan. Misalnya ketika benar-benar capek/panas di luar, benar-benar merasa lelah fisik, psikis begitu masuk rumah kita merasakan ada kedamaian disana, ketemu suami/isteri misalnya SUbhanallah begitu sejuk, bukan malah seperti melihat trouble maker. Jadi secara fisik harus disiapkan rumah itu untuk siap sebagai Baiti Jannati, artinya hal-hal apa saja yang perlu kita lakukan untuk mendukung suasana agar sesuai dengan harapan kita, misalnya bersihkah rumah kita, rapihkah atau letak-letak barang itu sesuai nggak sebagaimana kebutuhannya. Bukan berarti harus yang mewah, bukan berarti harus yang serba ada, serba baru. Tapi jauh lebih penting, fungsional nggak secara fisik rumah kita itu untuk sebagai rumah. Kadang-kadangkan tidak menjadi fungsional karena misalnya terlalu terbuka sehingga pihak isteri merasa tidak nyaman untuk melepaskan kerudungnya sehingga harus tertutup terus. Atau yang kecil-kecil tidak kita perhatikan, atau kebersihan yang kurang diperhatikan sehingga rumah menjadi sarang tikus, oh ternyata tikus itu nyaman di rumah kita, nah bagaimana supaya tikus itu tidak nyaman di rumah.
Atau secara fsikis, ada ngga kenyamanan yang sengaja kita ciptakan sehingga orang benar-benar nyaman disitu. Misal pada saat di rumah yang muncul malah banyak masalah, yang muncul selalu ketidaknyamanan, atau misalnya sudah saatnya kita punya pembantu, karena banyak pekerjaan yang tidak bisa kita lakukan sendiri, ternyata muncul masalah baru, pembantunya beginilah begitulah, atau suami menjadi beginilah, begitulah, ini kan sebetulnya masalah yang kita buat sendiri.
Jadi untuk menjadikan rumah itu Baiti Jannati, secara fisik rumah itu harus siap menjadi rumah islami, secara psikis penghuninya harus merasa nyaman berada di rumah itu. Jadi bukan rumah yang fungsinya itu serba sedikit, sedikit sebagai rumah baca, sedikit sebagai rumah masak, sedikit sebagai rumah makan, sedikit sebagai rumah apalah. Sehingga fugnsi bahwa rumah ini adalah benar-benar ini adalah rumah, ini adalah home dimana saya merasa nyaman berada disini, benar-benar ketika berada di rumah saya merasakan semangat baru. Itu memang harus senantiasa diwujudkan, tidak semata-mata ah nantijuga akan berjalan dengan sendirinya, nanti juga terbentuk sendiri, jadi memang harus direkayasa. Jadi ketika dia atau orang rumah stress dia pulang ke rumah, bukannya ke mall, atau tempat lainnya.

Sumber :
Ibu Asri Widiati
Di Kajian RUmahku Surgaku __Pasca Nikah, Radio MQ 92,3 FM Yogya
Edited By : Nisa-Muthmainnah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar