Senin, 25 Mei 2009

Tiga Hari Tanpamu


Setiap pagi, semangat senantiasa hingga di jiwaku mengiringi aktivitas pekerjaan Rumah Tangga. Tapi hari ini berbeda. Untuk melangkahkan kaki ke dapurpun rasanya enggan dan malas. Mungkin ini dikarenakan wajah yang senantiasa kutatap tatkala hendak tidur dan bangun dari tidur, sekarang tidak kutemui. Tangan yang senantiasa menggoyang-goyangkan kaki menyuruhku bangun untuk Sholat Malam atau Sholat Subuh, hari ini tak kutemui lagi tangan itu. Harum badan yang membuatku senantiasa ingin mendekapnya setiap saat, hari ini ku tak bisa mencium bau nya.Semuanya tak bisa kutemui lagi setidaknya InsyaAllah sampai tiga hari ke depan... Tapi rasanya baru sehari saja, ku sudah kehilangan semangat. Setiap hari ku semangat memasak, ada suami yang senantiasa menyambut, jika rumah beres dan rapi tidak hanya aku saja yang merasakan, tapi suami juga akan merasa nyaman berada di rumah. Tapi hari ini rasanya malas sekali masak, membereskan rumah karena orang yang senantiasa menyambut dan menyantap makananku sedang absen, orang yang selalu menemaniku di rumah juga tidak ada...

Benarlah Firman Allah...
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi kaum yang berfikir” (Q.S,Ar Ruum: 21).

"Istri-istri kamu adalah pakaianmu dan kamu adalah pakaian mereka" (Q.S. Al Baqarah : 187)

suamiku... cepatlah pulang, dinda rindu belaianmu, kasihmu, canda tawamu...

pintaku...
Ya Allah... jadikan ikatan cinta dan kasih sayang diantara kami adalah ikatan cinta karena-Mu, supaya kami tergolong ke dalam orang yang saling menyayangi di dunia dan di akhirat. Karena hanya cinta yang dilandasi karena-Mu lah, cinta yang bisa menembus ruang dan waktu

Senin, 18 Mei 2009

Permainan Tebak Huruf Hijaiyah

“Bermain” bersama anak-anak kadang menyenangkan,kadang juga melelahkan. Seperti yang kurasakan hari ini kok rasanya melelahkan sekali. Terasa melelahkan, mungkin disebabkan karena mereka terlalu banyak berantemnya daripada “bermain” (baca:belajar)nya. Mulai dari tinju-tinjuan ala power
rangerlah, yang lebih parah mereka berantem saling meludahi walaupun air ludah yang disemprotkan nggak banyak. Masya Allah ngeliat contoh darimana mereka ini..?? Yang pasti jawabannya kalau nggak dari lingkungan di sekitarnya yang paling dekat, pasti dari TV.
Diluar berantem itu semua, hari ini kami masih tetap belajar mengenal huruf-huruf Hijaiyah. Mereka baru sampai mengenal huruf Ja. Untuk mengetes ingatan mereka, kubuat suatu permainan. Permainannya masih seputar Tebak Huruf. Tapi sedikit divariasikan. Seperti hari-hari sebelumnya, kalau kuperlihatkan kartu huruf-huruf nya, mereka pasti berebutan ingin memiliki. “Ini buat aku!! buat aku!!” kata mereka, sambil berebutan kartu-kartu, karna ingin memilii kartu paling banyak. Akhirnya dari situ aku ada ide untuk memvariasikan permainan Tebak Huruf. “siapa yang paling cepat menebak huruf dalam kartunya, kartunya buat dia” kataku. Anak-anakpun setuju. Setelah memulai permainannya, ternyata permainan ini membuat mereka lebih tertantang karena ingin memiliki kartu paling banyak sehingga mereka bersemangat. Saat kutunjukan huruf A, Rofif yang paling cepat nebak, “A” katanya sambil berteriak. “Oke, ini untuk Abang Rofif”, kataku. “horeee” Abang Rofif berteriak, disusul sama adeknya Rana berteriak juga karena kegirangan abangnya yang mendapatkan kartunya. Kemudian kutunjukkan lagi huruf Tsa, sekarang Hanif yang ingat dengan huruf tersebut. Hanif menjawabnya sambil setengah berteriak. Begitu seterusnya sampai akhirnya mereka berantem.

Kamis, 14 Mei 2009

Mulai dari membersihkan ikan sampai menghafal surat2 pendek


Beda ceritanya dengan "anak-anakku" yang lain yang usianya lebih dewasa dari Rofif(4), Rana(2), dan Hanif(4). Dia adalah Mela (kelas 6 SD), Meilisa (kelas 3), Teteh Ratna(kelas 2), fika (kelas 2), dan Jaka(kelas 5). Saat Hanif dan Rofif sedang belajar tadi, tiba-tiba "geng"nya Meilisa datang dengan memakai kerudung dan bawa tas, tanda bahwa mereka mau mengaji juga, padahal jam 9 pagi sebenarnya bukan jadwalnya mereka untuk mengaji. Tapi mereka memang selalu semangat main ke rumah dan mengaji, ditambah lagi juga seminggu ini mereka memang libur sekolah. Otomatislah Rofif dah mulai tanya ngawur "tante ini mejanya ada gambarnya ya? gambarnya untuk apa ya..? dengan nada bicara yang sedikit malas. Itu tandanya dia "terganggu" dengan kehadiran kakak2 nya, karena malu.. Rofif, Hanif dan Rana memang pemalu dengan orang-orang yang nggak dia kenal. Dengan terpaksa ku tak acuhkan dulu anak-anak yang sudah agak besar itu, aku sibuk untuk mengalihkan perhatian mereka ke bermain sambil belajar, dan akhirnya ku ajak mereka ke depan laptop yang berada di kamar untuk main flashcard mengenal angka yang telah kuceritakan sebelumnya.
Alhamdulillah walau ku abaikan, Anak-anakku yang besar tadi sibuk membaca-membaca koleksi buku-bukuku.
Setelah Rana, Hanif dan Rofif pulang, akhirnya aku bisa bertegur sapa, ngobrol2 ma anak2ku yang telah besar. Mereka dah siap mengaji. Padahal rencanaku tadi pagi, setelah selesei "bermain" dengan Rana Rofif, aku mau membersihkan ikan yang baru kubeli tadi pagi di tukang sayur yang lewat. hhh.. bagiamana ini..? Akhirnya kuajak mereka untuk membersihkan ikan aja, pikirku kita juga masih belajar dengan membersihkan ikan. Banyak juga yang bisa kita pelajari dari ikan. "Anak-anak, teteh (panggilan mereka terhadapku) mau bersihkan ikan dulu ya, karena takut bau, ada yang mau bantu..?" "iya teh, mau mau, aku bisa aku bisa". Yaiyalah yang namanya anak-anak kan suka main air, bereksperimen dan semacamnya. akhirnya kita bersama-sama membersihkan ikan. "Ayo sebutkan ini namanya apa" sambil kuarahkan telunjuku pada sirip ikan", "Siriiip" jawab mereka bersamaan. Karena ini pertama kalinya aku membersihkan Ikan, aku juga agak-agak bingung membersihkannya, sambil mengingat2 tukang Ikan kalau bersihkan Ikan, karena biasanya kalau beli ikan di pasar sambil minta dibersihin ikannya, aku iseng-iseng tanya sama mereka. "aduuh, ada yang tau nggak ya bersihin ikan yang benar gimana?" Meilisa bilang "itu teh sisik badannya di buangin", kubilang "o iya", si Mela nambahin "siripnya juga di buang teh, sama "buntutnya" di buang dikit". "oo oke oke". Akhirnya kita bagi tugas, meilisa yang guntingin siripnya, aku dan mela yang buang sisiknya, teteh ratna dan fika yang ngeluarin kotorannya, jaka yang ngeguyurin air saat mau dibersihkan ikannya dari lumuran darah. Sambil membersihkan Ikan, kamipun ngobrol kesana kemari, kupikir, saat inilah aku mengajarkan mereka tentang Islam, akhlak yang baik, dsb. "teh, kemarin jaka ngintip saat Mela sama fika lagi mandi" Meilisa ngadu. "Masa? iya jaka" kutanyakan sama jaka, "nggak teh, saat itu aku cari teteh ratna (adiknya) buat pulang" jaka ngeles. Hayooo kalau ngintip, nanti dicatet sama Malaikat siapa?" tanyaku, kebetulan kami memang sedang menghafal tugas-tugas setiap Malaikat. "Malaikat Atid teh" jawaban Jaka. "Nah itu tau..., besok2 lagi jangan diulang lagi ya jaka" pintaku. "iya teh" katanya. terus kakinya jaka kena tumbuh-tumbuhan yang menempel, "iih kenapa sih Allah nyiptain tumbuhan kayak gini?" belum aku sempat jawab Meilisa udah mengalihkan perhatian kami. Akhirnya tak terasa pekerjaan membersihkan ikanku selesai. "Waah nggak terasa ya, jika dikerjakan dengan bergotong royong" kataku untuk memberikan pelajaran PPKn atau kewarganegaraan tentang gotong royong (hehehe), disamping belajar IPA tentang Ikan tadi dan pelajaran tentang Maha Kuasanya Allah yang telah menciptakan saluran pencernaan Ikan yang bergitu sempurna, Subhanalloh. Setelah selesai membersihkan Ikan, saatnya untuk membuat bumbu pepes ikan. Ada pelajaran baru lagi buat anak-anak yang perempuan, yaitu keterampilan memasak. Kupinta Meilisa dan Mela memotong-motong bawang merah, bawang putih, kunyit, dsb. sedangkan Teteh Ratna kupinta untuk mengepel lantai yang kotor, bekas jejak-jejak kaki mereka yang keluar masuk kamar mandi, walaupun akhirnya harus kusempurnakan lagi ngepelnya. Maklum masih belajar. Setelah ngepel dan memotong bumbu2 selesai, kusodorin kue-kue pada mereka. Alhamdulillah mereka sangat lahap sekali, mungkin karena cape. Kubuatkan juga mereka Jus Tomat, tapi ternyata mereka kurang meyukai tomat hanya Meilisa yang suka, rata-rata mungkin anak-anak kurang suka dengan tomat, krena dulupun aku juga begitu saat masih kecil. Tapi tomatkan mengandung vitamin yang banyak. Kucoba paksa mereka untuk meminumnya. "Ayoo diminum, dalam tomat kan banyak vitaminnya. hayoo vitamin apa? ada yang tau nggak"? tanyaku. "nggak teh..." kata mereka. "Kalau nggak tau mari, kita cari tau di Internet" kataku. Mereka senang sekali kalau bermain laptop, mereka langsung berlarian menuju kamarku. "Ayo Mel, gimana cara dapatin intormasi dari internet?" Meilisa yang cekatan langsung meraih mouse nya dan mengklik start, Mozila Firefox(karena da tulisan internet dibawahnya), "nah terus ngapain?" akhirnya kupandu dia untuk membuka www.google.com, "nah kalau kita mau mencari informasi apapun kita tinggal ketik aja alamat google.com, terus kalau dah muncul tulisan google nya, ketik deh apa yang mau kita cari di atas tulisan google nya, tadi kita mau cari apa hayoo"?. Meilisa langsung ngetik 'vitamin tomat'.
Setelah diketahui manfaat tomat dan vitaminnya, kupinta mereka untuk menghafal lagi hafalan surat pendeknya masing-masing. Kalau sudah hafal, boleh bermain game di laptop lagi.. Kebetulan aku punya link game belajar mengetik cepat , selain belajar mengetik, anak-anak juga bisa sambil belajar Bahasa Inggris karena game itu menggunakan bahasa inggris. Tak terasa waktu sudah menunjukkan jam 13.00, tak terasa anak-anak sudah berada di rumah selama 4 jam, kami pun Sholat Dzuhur Berjam'ah, Sholat nya kuatur bergantian, karena Mela dan Meilisa sudah agak besar, kuimami mereka, sedangkan Teteh Ratna dan FIka di Imami jaka. Sengaja kuatur begitu supaya Jaka bisa belajar menjadi Imam. Setelah selesai sholat, kami memetik daun kemangi di samping rumah untuk bumbu pepes ikan, yang ikannya tadi udah dibersihkan. Kutanya mereka, "mau pulang atau mau masih disini"?, "disiniiii" jawab mereka. "Baiklah kalau begitu, yo' bantuin teteh bungkusin ikannya di daun sambil dilumuri bumbu2 nya" Kamipun kembali bagi tugas, "Teteh yang lumurin ikannya pake bumbu yang sudah diblender, Meilisa kasihin tomat, bawang daun dan cabe, Teteh Ratna yang ngasihin Serai, Jaka yang naro Salamnya, dan Mela yang beresin daunnya yang mau dipakai. Kamipun kembali bergotong royong. Anak-anak suka-suka aja dengan tugas mereka, karena mereka anggap itu asyik dan menyenangkan layaknya bermain masak-masakan, aku juga asyik karena merasa sangat terbantu sekali, pekerjaannya jadi cepat selesai. :)
Setelah semuanya selesai, mereka pulang karena harus ngaji di MDA dekat rumah mereka.
Daah teteh, kami pulang ya.. Assalamu'alaikum... Nanti malem kita ngaji lagi ya...
-----------------
Alhamdulillah, hari ini mereka belajar banyak tanpa mereka sadari kalau mereka sedang belajar. :)

Belajar yang Menyenangkan

Bermain kartu A, Ba, Ta, Tsa


Hari ini kembali bermain bersama anak-anak. kali ini permainan yang aku pakai untuk mengenalkan huruf alif ba ta sama rofif dan hanif adalah permainan mencari huruf yang serupa di deretan kartu-kartu. Ide permainan aku dapatkan dari situs homeschooling www.sumardiono.com. Dan Alhamdulillah lumayan cukup berhasil, walaupun mereka kurang bersemangat. setelah kelihatan cukup bete, ku ajak mereka ke kamar untuk berhadapan dengan laptop, dan mereka bersemangat kembali untuk belajar. Entah kenapa anak-anak emang senang sekali dengan laptop, mungkin karena seperti mainan kali ya. Sekarang kita bermain tebak angka, dengan menggunakan flashcard angka yang aku download di www.sekolahrumah.com hasilnya? mereka besemangat sekali!! karena angka-angkanya dibuat menarik untuk anak-anak. Tak hanya Rofif(4) dan Hanif(4) yang bersemangat menebak angka, tapi juga adek Rana (2) berteriak-teriak nebak angka walaupun terkadang salah. Setelah sudah mulai bosan dengan angka-angka tersebut, mereka mulai berlarian lagi, terkecuali adek Rana yang asyik menebak anggota tubuh yang aku tunjukan, masih menggunakan flashcard, namanya flashcard "mengenal anggota tubuh". Setelah lumayan lama, kuakhiri bermain di depan laptop, kuajak mereka ke ruang tengah lagi untuk bermainan dengan huruf-huruf A, Ba, Ta, sama Tsa. Tapi sepertinya mereka sudah mulai kelelahan. Akhirnya kutanyakan sama mereka, "mau pulang"? mereka serempak menjawab "mauuu". "Oke kalo gitu, kumpulin dulu kartu-kartu A, Ba, Ta, Tsa nya". "Pertama, Rofif, kumpulin kartu A nya ke tangan kanan tante, setelah huruf A nya sudah habis, dilanjutin dengan huruf Ba, Ta, dan Tsa"!, sambil kujulurkan tangan kananku padanya, Hanif, kumpulkan kartu A nya ke tangan kiri tante". ALhamdulillah Rofif dah mulai kenal dengan huruf A nya, dia bisa cepat mengambil kertas-kertas kecil yang sering kita sebut kartu. Kalau untuk huruf Ba rofif sama hanif masih sempat mengambil huruf Ta atau Tsa. begitu juga dengan huruf Ta dan Tsa masih ada yang kebalik-balik. Tapi Alhamdulillah secara umum mereka dah kenal dengan huruf A, Ba, Ta, dan Tsa. semoga besok aku bisa mengenalkan huruf Ja dan Ha sama mereka..

Senin, 04 Mei 2009

Tentang Hukum Positiv & Hukum Islam

masih bercerita hikmah dari novel tempo hari...

Tentang Hukum Positiv & Hukum Islam

“Kalau menurut pengamatan saya, ada sebuah hal yang mendasari seseorang itu acuh tak acuh dengan hukum Islam itu sendiri. Nah, saya melihat sebuah fenomena yang mendasar pada negeri kita ini. Memang, hukum kita ini sangat mudah untuk ditarik ulur. Atau dalam hal ini, banyak sekali undang-undang karet yang mudah untuk dimainkan oleh penegak hukum. Entah itu Hakim, Jaksa, Polisi atau bahkan Pengacara sekalipun.” Prof. Susilo menarik nafas sebentar, setelah itu beliau melanjutkan analisisnya “yang akhirnya terjadi adalah, sebuah anggapan bahwa hukum kita mudah untuk dibeli.
Namun persoalan yang paling mendasar, bahwa
sesungguhnya hukum Islam itu sendiri masih asing ditelinga orang Islam. Sehingga untuk memunculkan Hukum Islam, apalagi hukum pidana Islam. Maka seseorang harus dapat
benar-benar paham tentang apa pola-pola keberadaan hukum tersebut. Contohnya, dalam
kasus Umar bin Khattab. Seorang pencuri pun, dapat diampuni hukuman potong tangannya. Nah, itu terjadi karena kelalaian pemerintahan Umar bin Khattab sendiri. Dalam hal ini, Umar bin Khattab merasa berdosa karena masih ada rakyatnya yang
kelaparan. Akibat kelaparan itulah seorang dapat mencuri. Ingat, Lid. Rasulullah pun
telah bersabda “sesungguhnya kemiskinan itu menyebabkan kekufuran.” Nah, jika kita
melakukan hukum pidana Islam. Minimal rakyat sudah bisa hidup layak dan
mendapatkan makanan dengan mudah. Sedangkan faktanya, bahwa rakyat negara ini
masih sangat lemah perekenomiannya. Jadi Lid, menurut saya tingkat kesejahteraan
itulah yang mendorong seorang untuk bisa memahami tentang arti the rule of law! Kalau
menurut kamu gimana?”

Sejenak aku berfikir, memikirkan apa yang telah diucapkan oleh guru besar yang
satu ini. Memang analisis beliau terlihat gamblang, jelas dan ringkas. Dan langsung to the point. Bahwa, kalau menurut penafsiranku tentang analisis beliau. Bahwa sesungguhnya semua aturan (hukum) dapat ditegakkan jikalau pelaku hukum bisa menikmati kesejahteraan dari aturan (hukum) tersebut. Dengan kata lain, tingkat perekonomian masyarakatlah yang menjadi pedoman. Jikalau, sebuah masyarakat sudah mempunyai tingkat perekonomian yang tinggi maka secara otomatis pendidikan masyarakat pun juga tinggi. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi, maka secara otomatis hukum akan berjalan sesuai apa yang diharapkan. Tetapi, ada kejanggalan.

“Hem, begini Pak!” ucapku sambil terlihat memikirkan suatu hal. “Hukum, merupakan
aturan yang harus diterapkan oleh masyarakat. Jikalau hukum itu baik, maka masyarakatpun ikut baik. Insya Allah!” ucapku

Terlihat Prof. Susilo memandangiku dengan seksama. Memperhatikan setiap ucapanku.
Dan sesekali mengangguk jika beliau setuju dengan pendapatku.

Setelah itu aku mengatakan “sebuah aturan atau hukum, baik yang sudah maupun yang
akan diterapkan kepada masyarakat. Harus melawati titik uji tentang keampuhan hukum tersebut. Dengan kata lain, bahwa hukum tersebut mempunyai sifat yang haq (benar) dan
tetap serta tidak berubah-ubah. Untuk membuat sebuah kebenaran, maka seseorang pembuat hukum harus mengetahui kebenaran itu sendiri. Untuk mengetahui kebenaran,
maka pembuat hukum pun harus menjadi orang yang benar. Dan untuk menjadi orang
yang benar, maka pembuat hukum harus melakukan kebenaran atau dalam kata lain
kegiatan kebenaran. Sehingga, akan terjadi stimulus (pembangkit) untuk melakukan
kebenaran itu sendiri. Sehingga para penegak hukum pun dengan serta merta akan
melakukan pembenaran tentang adanya kebenaran. Jikalau nyata-nyata sebuah kebenaran
itu adalah benar.

Dinegara kita ini, tingkat masyarakat untuk memahami hukum memang sangat rendah. Sama rendahnya dengan apa yang mereka pahami tentang Undang-Undang. Hukum bagi masyarakat adalah sebuah kerangka penyekat dalam tingkahlaku mereka.Karena anggapan mereka, hukum merupakan aturan yang terdiri dari pasal-pasal dan ayat-ayat yang mengekang kelakuan mereka terhadap orang lain. Hukum dinegara kita ini, merupakan hukum yang berada pada penafsiran kegiatan kesalahan-kesalahan manusia. Bukan merupakan tingkat aturan (hukum) tentang melakukan sebuah kebanaran atau kebaikan. Jadi, masyarakat akan langsung takut manakalah hukum positif tersebut diperdengarkan oleh mereka. Sikap antipati terhadap hukum positif inilah, yang akhirnya masyarakat juga antipati terhadap hukum Islam. Masyarakat akan langsung mengatakan bahwa hukum itu adalah tindakan yang bersifat punishment (hukuman). Bukan tindakan yang bersifat mangatur hidup agar lebih baik. Jadi antipati seseorang terhadap hukum Islam, hanya karena mereka tidak mengetahui tetang kejalasan hukum-hukum Islam. Karena mereka trauma dengan hukum positif (hukum yang ada dinegara) yang bersifat penghukuman bagi orang yang bersalah. Maka, hukum Islam identik dengan mati, potong tangan dan lain sebagainya. Inilah yang membuat hukum-hukum Islam menjadi hal yang menakutkan bagi masyarakat. Padahal hukum Islam itu tidak hanya seperti itu. Islam banyak mengatur tentang tata cara dalam berbagai hal. Seperti hukum nikah, hukum pergaulan, hukum jual beli, hukum pidana, hukum perdata dan bahkan untuk memasuki kamar mandi pun ada hukumnya. Nah, disinilah orang-orang seharusnya memahami tentang hukum itu sendiri. Hukum Islam mengatur kehidupan, agar menjadi lebih terarah dan teratur dalam menjalankan kehidupan yang sementara ini. Di dunia. Ganjaran bagi orang-orang yang melakukan hukum (aturan) Islam. Menjadikan mereka akan lebih taat kepada Rabb (Tuhan)nya. Saat orang Islam taat kepada hokum hukum Islam. Maka yang akan terjadi adalah keseimbangan dalam hidup, antara dunia dan akhirat!” ucapku panjang lebar. “saya sanksi, saat Bapak mengatakan tentang seorang pelaku hukum akan mentaati hukum manakalah perekonomian masyarakat sudah tinggi. Terbukti dinegara maju, bahkan Amerika sekalipun. Tingkat pelanggaran hukum juga tidak kalah banyaknya dengan negara kita. Di Los Angeles, tingkat perkosaan mereka sangat tinggi. Setiap hari, ada sekitar 3000 wanita yang diperkosa melapor ke LAPD (Los Angeles Police Depertement). Dan yang tidak melaporpun, sama banyaknya.

Sungguh ironis, jikalau hukum hanya mengatur tentang tingkah laku kesalahan mereka.
Karena hukum yang sesungguhnya, adalah mengatur manusia untuk lebih mencintai
hukum itu sendiri.
Contohnya, seseorang yang membunuh. Dalam hukum Islam, dia harus qishah
(dibalas). Tetapi manakalah si pembunuh dimaafkan oleh keluarga yang dibunuh, maka
pembunuh ini terbebas dari hukuman tersebut. Meskipun dalam hal ini ada peraturan juga mengenai tata cara pengampunan dalam hukum Islam. Jadi, pandangan masyarakat
tentang hukuman mati dalam Islam. Banyak yang keliru dan salah. Tidak sedikit orang
yang mengatakan bahwa hukuman mati dalam Islam itu kejam. Tetapi, uniknya. Pada
saat ada seorang yang dibunuh, maka secara otomatis keluarga yang menjadi korban akan
menuntut hal yang serupa pada pelaku pembunuhan. Yaitu dibunuh. Jadi sebenarnya,
hukuman mati adalah sebuah fitrah dalam kehidupan. Jadi seseorang yang mengacuhkan
hukuman mati, atau bahkan menganggap hukuman mati adalah sebuah kekejaman atau
bahkan kekejian karena melanggar HAM (Hak Asasi Manusia). Maka seseorang itu,
tidaklah memahami esensi dalam sebuah kehidupan. Dalam Islam, pun telah diatur
tentang hukuman mati tersebut. Membunuh satu orang yang tidak bersalah, bagaikan
membunuh semua manusia yang ada didunia. Itulah esensi hukum Islam.
Sedangkan, apa yang tertera hukuman mati dalam hukum positif. Sangatlah
rancuh. Hukuman seseorang yang membunuh tanpa alasan yang benar. Tidaklah pantas
seseorang itu tetap hidup. Sedangkan, apa yang dilakukan Umar bin Khattab. Adalah
sebuah kebijaksanaan khalifah (pemimpin) dalam melaksanakan tugasnya. Umar bin
Khattab, sangat menjaga rakyatnya dalam masalah apapun. Termasuk kesejahteraan.
Tetapi, sedangkan pemimpin kita? Jadi sebuah pelaksanaan hukum, kalau menurut saya
adalah pada pelaksanaan dari hukum itu sendiri. Dalam pengertian, hukum bukanlah hal
yang mengekang atau membatasi kehendak kita. Tetapi sebenarnya, hukum adalah
sebuah perilaku kita dalam kehidupan sehari-hari.” Ucapku penuh yakin.
Prof. Susilo tersenyum. Dia menganggukan kepalanya pelan. Tanda setuju.
“Hem, saya paham apa yang kamu maksud Khalid!” ucap Prof. Susilo. “tetapi apakah
hukum positif tidak dapat menjadi sebuah kehidupan hukum sehari-hari?” sanggahnya.
“Saya rasa, begini Pak. Hukum merupakan sebuah pokok kehidupan. Manakalah hukum
itu baik, maka masyarakatnya pun akan baik. Saya ingin menanyakan kepada Bapak.
Apakah dalam hukum positif, terdapat sebuah pengaturan tentang hukum bertingkah laku
yang baik.”
Prof. Susilo terlihat memikirkannya.
Saat itulah aku langsung menjawab sendiri pertanyaanku “tidak Pak! Hukum positif,
tidak mengajarkan kita bertingkah laku yang baik. Tetapi hukum positi hanya, mengatur
orang yang bertingkah laku tidak baik. Atau dalam kata lain. Melanggar hukum. Tetapi
dalam hukum-hukum Islam. Kita pun diatur dalam bertingkah laku yang baik. Dan kita
pun diberitahu akibat dari perilaku yang baik. Maupun yang tidak baik. Jadi hukum,
seharusnya melihat dua hal. Yaitu sebab dan akibat. Bukan hanya hukum bersifat akibat
semata.”